Kawasan Asia Tenggara menjadi target utama bagi para pelaku kejahatan siber. Sebanyak 336.294 serangan phising finansial berhasil terdeteksi di berbagai organisasi dan bisnis di Asia Tenggara. Lonjakan signifikan ini meningkat sebesar 41% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Taktik yang baru-baru ini lebih efektif untuk mengelabui korban. Salah satu metode yang digunakan adalah pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan dan otomatisasi, metode ini sangat efektif bagi para pelaku kejahatan yang mudah untuk membuat konten phising dan menargetkan korban dengan cara yang lebih terpersonalisasi.
Para ahli Kaspersky mengaitkan peningkatan tajam kejahatan siber dan phising finansial dengan penurunan kewaspadaan pengguna bukanlah akibat terjadinya lonjakan.
“Para pelaku kejahatan siber menjadi lebih agresif dalam mengejar data dan uang pegguna, termasuk yang berasal dari perangkat Perusahaan” ucap Adrian Hia, Managing Director Asia Pasifik di Kaspersky.
Sumber terjadinya phising finansial ini berasal dari industri perbankan, sistem pembayaran, dan toko digital. Serangan phising kini tidak lagi terbatas melalui email tradisional, mereka akan memanfaatkan media sosial, aplikasi pesan instan dan bahkan teknologi deepfake untuk menyebarkan tautan dan aplikasi palsu.
Thailand mencatat jumlah serangan tertinggi dengan 141.258 kasus, sementara Indonesia berada pada urutn kedua dengan 48.439 serangan. Negara lain seperti Vietnam, Malaysia, Singapura dan Filipina juga melaporkan ribuan serangan dengan peningkatan tertinggi terjadi di Thailand (582%) dan Singapura (406%)
Hal ini semua bisa kita cegah dengan memami bagaimana cara melindungi data pribadi dan kewaspadaan terhadap dunia digital yang semakin sulit untuk di deteksi. “Kini, Perusahaan harus lebih waspada dan memperkuat langkah-langkah keamanan siber mereka. Ini termasuk mengadopsi solusi keamanan yang lebih kuat, menerapkan praktik terbaik dan menjaga data, serta melatih karyawan untuk lebih sadar akan ancaman siber dan bagaimana melindungi diri serta organisasi mereka,” imbuh Hia.
Lonjakan serangan phishing ini menjadi pengingat akan pentingnya melindungi data pribadi. Dalam banyak kasus, phishing dirancang untuk mencuri data sensitif, seperti nama, alamat, kredensial login, dan informasi keuangan. Hal ini melanggar hak privasi pengguna dan dapat berdampak serius, baik secara finansial maupun psikologis.