Kenapa Banyak Perusahaan Masih Gagal dalam Mengelola Risiko?
Manajemen risiko itu bukan sekadar formalitas, lho. Proses ini adalah kunci untuk memastikan sebuah organisasi tetap relevan, kompetitif, dan bisa mencapai tujuannya dengan mulus. Bayangkan saja, tanpa manajemen risiko yang baik, perusahaan ibarat kapal di tengah lautan tanpa peta. Mereka mungkin bisa berlayar, tapi sangat rentan terhadap badai tak terduga yang bisa datang kapan saja. Nah, banyak perusahaan yang ternyata gagal dalam mengelola risiko. Kenapa, ya? Yuk, kita betah bersama penyebabnya!
Sebagai informasi tambahan, proses manajemen risiko yang efektif itu diatur oleh standar internasional seperti AS/NZS ISO 31000:2009 Risk Management – Principles and Guidelines. Standar ini merekomendasikan tiga elemen inti: prinsip, kerangka kerja, dan proses manajemen risiko.
1. Gagal Menentukan Konteks
Seringkali, perusahaan langsung lompat ke tahap identifikasi risiko tanpa benar-benar memahami diri mereka sendiri. Padahal, langkah pertama yang krusial itu adalah
Menetapkan konteks. Ini ibarat menentukan tujuan dan lingkungan kerja organisasi kita. Tanpa pemahaman ini, risiko yang teridentifikasi bisa jadi tidak relevan.
Penyebab gagalnya langkah ini adalah:
- Tujuan yang tidak jelas: Perusahaan tidak mendefinisikan secara eksplisit maupun implisit tujuan yang ingin dicapai.
- Abaikan Lingkungan: Tidak mempertimbangkan faktor eksternal seperti politik, ekonomi, hukum, atau faktor internal seperti budaya dan kapabilitas organisasi.
- Tidak Melibatkan Pihak Terkait: Kurangnya identifikasi dan komunikasi dengan pihak-pihak yang mungkin terpapar risiko perusahaan, atau yang bisa membantu mengelolanya.
Untuk menghindari kesalahan ini, mulailah dengan memahami tujuan spesifik organisasi, baik yang tersurat maupun tersirat. Identifikasi pemangku kepentingan yang benar-benar relevan dan sesuaikan metodologi dengan ukuran serta kompleksitas organisasi. Jangan terpaku pada “praktik terbaik” universal – buatlah yang paling “cocok” untuk organisasi Anda.
2. Saat Mengidentifikasi Risiko
Tahap ini adalah saat kita membuat daftar semua hal yang mungkin terjadi, baik positif maupun negatif, yang bisa mempengaruhi tujuan perusahaan. Sayangnya, banyak perusahaan terjebak dalam apa yang disebut “kegagalan imajinasi“.
Apa yang membuat mereka gagal?
- Fokus hanya pada masalah hari ini: Mereka hanya melihat risiko yang sudah ada di depan mata, tapi tidak memikirkan risiko yang baru muncul atau yang mungkin terjadi di masa depan.
- Identifikasi yang tidak komprehensif: Tidak mendokumentasikan elemen penting dari sebuah risiko, seperti peristiwa risiko, penyebab, dan dampak potensialnya.
Mengapa ini menjadi masalah besar? Karena risiko yang paling merusak justru seringkali yang tidak terpikirkan. Organisasi menjadi buta terhadap risiko yang sedang berkembang dan terlalu fokus pada data historis tanpa mempertimbangkan tren masa depan.
3. Analisis dan Evaluasi yang Tidak Konsisten
Setelah risiko diidentifikasi, kita harus menganalisis tingkat keparahannya berdasarkan kemungkinan dan dampaknya. Di sinilah banyak perusahaan tersandung. Mereka tidak menggunakan metode yang sama untuk menilai semua risiko, sehingga hasilnya tidak konsisten.
Selain itu, tahap evaluasi risiko juga sering bermasalah. Tahap ini bertujuan untuk menentukan apakah sebuah risiko bisa ditoleransi atau tidak.
Kegagalan sering terjadi karena:
- Kriteria toleransi yang tidak jelas: Tidak ada panduan tegas tentang tingkat risiko yang bisa diterima oleh organisasi.
- Tidak mempertimbangkan pihak luar: Keputusan mengenai toleransi risiko dibuat tanpa memikirkan dampaknya pada pihak-pihak di luar perusahaan.
Cara terbaik mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan data dan kriteria yang konsisten untuk semua risiko. Libatkan berbagai perspektif dalam pemberian skor, lakukan kalibrasi rutin dengan membandingkan penilaian dengan kejadian aktual, dan dokumentasikan asumsi serta alasan di setiap penilaian.
4. Penanganan Risiko yang Tidak Tepat Sasaran
Setelah evaluasi, saatnya mengambil tindakan! Tahap ini dikenal sebagai
penanganan risiko. Sayangnya, ada beberapa kesalahan umum:
- Strategi yang tidak pas: Perusahaan tidak memilih strategi penanganan yang paling cocok, seperti menghindari risiko sepenuhnya, berbagi risiko dengan pihak lain, atau hanya mengubah kemungkinan/dampak risiko.
- Tidak seimbang: Gagal menyeimbangkan biaya dan upaya penanganan risiko dengan manfaat yang didapat. Akhirnya, penanganan jadi tidak efisien.
Dampaknya sangat merugikan karena peluang terlewatkan akibat terlalu konservatif di area yang seharusnya agresif, atau sebaliknya, terlalu berisiko di area yang seharusnya hati-hati. Untuk menghindarinya, tentukan selera risiko yang spesifik untuk kategori yang berbeda, pertimbangkan siklus hidup bisnis, dan lakukan peninjauan rutin sesuai perubahan lingkungan bisnis.
5. Komunikasi dan Pemantauan yang Buruk
Manajemen risiko itu bukan proses yang bisa dilakukan sendirian atau sekali selesai.
- Kurangnya Komunikasi: Banyak perusahaan gagal karena tidak ada komunikasi dan konsultasi yang efektif. Mereka menganggap laporan formal saja sudah cukup, padahal komunikasi yang baik harus mendorong keterlibatan dan akuntabilitas dari semua pihak.
- Tidak ada Pemantauan: Setelah penanganan selesai, banyak yang melupakan risiko itu begitu saja. Padahal, risiko bisa berubah seiring waktu. Penting untuk terus memantau dan meninjau kembali risiko untuk memastikan semua kontrol masih relevan dan efektif.
Bangun mekanisme pemantauan sejak awal implementasi. Lakukan pengujian dan peninjauan rutin terhadap efektivitas kontrol. Tetapkan kepemilikan yang jelas untuk setiap penanganan risiko dan ciptakan umpan balik dari pemantauan kembali ke penilaian risiko.
Siap Lindungi Perusahaan dari Ancaman dan Risiko?
Di era digital ini, 77% perusahaan mengalami kerugian jutaan rupiah akibat insiden keamanan IT yang bisa dicegah. Jangan biarkan organisasi Anda menjadi statistik berikutnya! Program IT Risk Management Inixindo akan mengubah tim IT Anda dari reaktif menjadi proaktif dalam mengelola risiko teknologi. Pelajari framework assessment, incident response, dan security controls dari praktisi berpengalaman 15+ tahun melalui simulasi kasus nyata dan hands-on practice.
Yang Akan Anda Kuasai:
- Memberikan Pelayanan TI Sesuai Dengan Bisnis Yang Dijalankan
- Menyediakan Layanan Berdasarkan Tingkat-Tingkat Tertentu
- Memberikan Pelayanan Produk-Produk Teknologi Informasi Sesuai Kebutuhan Bisnis
- Menetapkan Resolusi Dan Masalah Terhadap Seluruh Aktivitas Seluruh Siklus Hidup TI
- Mengelola Insiden Yang Terjadi
- Memantau Pelayanan Prosedur Tingkat Layanan
Ready to secure your future?
Daftar Sekarang | Hubungi WhatsApp |
Kesimpulan
Manajemen risiko yang efektif bukan tentang menghindari risiko sama sekali, tapi tentang mengambil risiko yang tepat dengan cara yang cerdas. Kesalahan-kesalahan yang kita bahas di atas sebenarnya bisa dihindari dengan pendekatan yang sistematis dan pola pikir yang tepat.
Ingat, setiap organisasi – dari perusahaan rintisan hingga korporasi besar – menghadapi ketidakpastian. Yang membedakan pemenang dari pecundang adalah kemampuan mereka dalam mengelola ketidakpastian tersebut menjadi keunggulan kompetitif.