APICTA Awards 2025, Panggung Inovasi Digital Asia Pasifik di Kaohsiung

APICTA Awards 2025, Panggung Inovasi Digital Asia Pasifik di Kaohsiung

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, Asia Pasifik menjadi salah satu kawasan paling dinamis dalam melahirkan inovasi berbasis AI, data, dan solusi digital berdampak. Salah satu ajang yang menjadi tolok ukur kualitas inovasi tersebut adalah Asia Pacific ICT Alliance (APICTA) Awards. Lebih dari sekadar kompetisi, APICTA berfungsi sebagai panggung validasi global bagi solusi teknologi terbaik di kawasan ini.

Pada APICTA Awards 2025 edisi ke-24 yang diselenggarakan pada 4-8 Desember 2025 di InterContinental Kaohsiung, Taiwan, kehadiran Indonesia tidak hanya mencuri perhatian dari sisi jumlah peserta, tetapi juga dari peran strategis dan kontribusi nyata dalam menjaga standar kualitas inovasi tingkat regional.

APICTA sebagai Barometer Inovasi Asia Pasifik

APICTA Awards merupakan ajang tahunan bergengsi yang diikuti oleh negara-negara Asia Pasifik untuk menilai dan mengapresiasi solusi ICT terbaik lintas sektor. Edisi 2025 ini dihadiri oleh lebih dari 200 tim yang mempresentasikan 256 proyek inovasi dari 17 negara anggota. Penilaian dilakukan oleh panel yang terdiri dari lebih dari 70 juri ahli internasional dengan standar ketat, mencakup aspek inovasi, dampak, keberlanjutan, serta kesiapan implementasi.

Kategori kompetisi tahun ini meliputi berbagai sektor strategis seperti Artificial Intelligence Technology, Cyber Security, Education Technology, Health Innovation, Inclusion & Community Services, dan berbagai kategori lainnya yang mencerminkan kebutuhan transformasi digital kawasan Asia Pasifik.

Karena itu, APICTA sering dipandang bukan sekadar lomba, melainkan mekanisme validasi kualitas inovasi—apakah sebuah solusi benar-benar relevan, scalable, dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat maupun industri.

Skala Kehadiran Indonesia di APICTA 2025

Indonesia hadir di APICTA 2025 dengan 82 delegasi, yang terdiri dari unsur EXCO, juri, observer, dan peserta. Skala ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam berpartisipasi aktif di ekosistem inovasi Asia Pasifik dan menegaskan komitmen nasional dalam pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Ibu Sylvia W. Sumarlin sebagai Ketua Delegasi, dengan dukungan EXCO yang terdiri dari:

  • Bapak Ifik Arifin
  • Bapak Hidayat Tjokrodjojo
  • Ibu Sylvia W. Sumarlin

Komposisi ini menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi juga sebagai aktor strategis dalam proses evaluasi dan pengambilan keputusan di APICTA.

Indonesia sebagai Penjaga Standar Kualitas Inovasi

Salah satu indikator kuat kepercayaan internasional terhadap Indonesia terlihat dari keterlibatan juri asal Indonesia, termasuk beberapa Head Judge yang berperan krusial dalam menentukan arah dan standar penilaian. Beberapa nama yang terlibat antara lain:

Head Judges:

  • Dr. Ifik Arifin
  • Prof. Richardus Eko Indradjit
  • Prof. Eko Kuswardono Budiardjo

Juri:

  • Muhammad Irwin
  • Richard Kartawijaya
  • Ashari Abidin
  • Muhammad Salahuddien

Peran juri—terutama Head Judge—sangat krusial karena bertanggung jawab memastikan proses penilaian berjalan objektif, ketat, dan sesuai standar internasional yang telah ditetapkan APICTA. Keterlibatan ini menempatkan Indonesia sebagai penentu kualitas dan standar inovasi regional, bukan sekadar kontestan yang ikut berkompetisi.

Prestasi Indonesia: AI, Edukasi, dan Solusi Berdampak

Dari sisi capaian, Indonesia menunjukkan performa yang kuat dengan dominasi solusi berbasis Artificial Intelligence (AI), teknologi inklusif, serta proyek kolaborasi pendidikan dan industri. Prestasi ini membuktikan bahwa inovasi digital Indonesia telah mencapai tahap kematangan yang dapat bersaing di level internasional.

Beberapa capaian penting Indonesia di APICTA 2025 antara lain:

Winner – IEEE AI Start Up

  • Genius HR – PT GIT Solution (AMIKOM)

First Runner-Up – Inclusion & Community Services

  • VoiceChess – BINUS University

Second Runner-Up – Senior Student

  • Kancil.ai – Anglo Chinese School Jakarta

Second Runner-Up – Tertiary Student Project (Technical Solution)

  • Terrasentra – UPN Veteran Jakarta berkolaborasi dengan BINUS University

Second Runner-Up – IEEE AI Start Up

  • Croptic – PT Teknologi Artifisial Berkelanjutan

Second Runner-Up – Technology: AI Technology of the Year

  • Genius HR – PT GIT Solution (AMIKOM)

Merit – Tertiary Student Project (Technical Solution)

  • PawPal – BINUS University

Menariknya, capaian ini menunjukkan pola yang konsisten: AI digunakan untuk menyelesaikan masalah nyata dan kontekstual, mulai dari HR-tech yang meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya manusia, solusi pendidikan inklusif yang membuka akses bagi penyandang disabilitas, hingga teknologi pertanian berbasis AI yang mendukung keberlanjutan pangan.

Pelajaran Penting dari Capaian Indonesia

Ada beberapa insight penting yang dapat ditarik dari partisipasi dan prestasi Indonesia di APICTA 2025:

Pertama, kolaborasi antara kampus dan industri terbukti mampu menghasilkan solusi yang relevan dan kompetitif secara global. Proyek seperti Terrasentra yang melibatkan UPN Veteran Jakarta dan BINUS University menunjukkan bahwa sinergi akademisi dan praktisi menghasilkan inovasi yang applicable.

Kedua, proyek mahasiswa tidak lagi sekadar bersifat akademik atau proof-of-concept, tetapi telah berkembang menjadi solusi teknis yang siap diuji dan diimplementasikan di panggung internasional. Capaian di kategori Tertiary Student Project membuktikan bahwa talenta muda Indonesia memiliki kemampuan untuk menghasilkan karya berkelas dunia.

Ketiga, AI di Indonesia mulai bergerak dari sekadar tren teknologi menuju use case yang konkret dan berdampak. Dominasi kategori AI di prestasi Indonesia menunjukkan kematangan ekosistem dalam mengadopsi dan mengadaptasi teknologi untuk menyelesaikan permasalahan lokal dengan standar global.

Relevansi bagi Masa Depan Ekosistem Digital Indonesia

Keikutsertaan Indonesia di APICTA 2025 mencerminkan kesiapan ekosistem digital nasional, baik dari sisi talenta, inovator, maupun institusi pendukung. Dengan lebih dari 256 proyek inovasi yang berkompetisi dari 17 negara, posisi Indonesia sebagai salah satu kontributor utama dan pemegang peran strategis sebagai juri menunjukkan pengakuan internasional terhadap kapabilitas Indonesia.

Ini menjadi sinyal positif bahwa Indonesia memiliki modal kuat untuk bersaing di level global, asalkan didukung oleh penguatan kapasitas, regulasi yang adaptif, investasi berkelanjutan dalam riset dan pengembangan, serta kesinambungan pengembangan talenta digital melalui program pendidikan dan pelatihan yang terstruktur.

APICTA juga menjadi cermin bahwa inovasi tidak berdiri sendiri—ia lahir dari ekosistem yang mendorong pembelajaran, kolaborasi lintas sektor, dan standar kualitas yang tinggi. Keberhasilan di ajang seperti APICTA adalah hasil dari investasi jangka panjang dalam pendidikan teknologi, dukungan pemerintah, dan kesiapan industri untuk berkolaborasi dengan akademisi.

Penutup

APICTA 2025 bukanlah tujuan akhir, melainkan indikator kesiapan Indonesia di panggung inovasi global. Kehadiran sebagai peserta, juri—termasuk Head Judge—dan peraih prestasi di berbagai kategori strategis menunjukkan bahwa Indonesia telah melangkah lebih jauh dari sekadar mengikuti tren teknologi global.

Tantangan ke depan adalah memastikan momentum ini terus berlanjut melalui penguatan ekosistem inovasi, peningkatan kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah, serta penciptaan regulasi yang mendukung eksperimentasi dan scaling-up solusi digital. Dengan demikian, inovasi digital Indonesia tidak hanya diakui di forum internasional, tetapi juga memberi dampak nyata dan berkelanjutan bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat dan daya saing industri nasional.